Senin, 11 Mei 2015

WORKING MOM / STAY @ HOME MOM / WORKING @ HOME MOM

Seandainya bisa memilih dari ke tiga opsi diatas, sebagai wanita yang sudah berkeluarga tentu akan lebih memilih sebagai seorang Working @ home Mom alasan utamanya adalah agar memiliki banyak waktu untuk mengurus keluargaku (suami dan anak). Tetapi kehidupan nyata harus dijalani tanpa larut dalam berandai-andai, saat ini saya berstatus sebagai Working Mom.


Kata orang (ga tau juga orangnya siapa he..he..) “sudah seharusnya wanita itu tidak berkarir sebab Tuhan menghendaki wanita menjadi ibu RT dan suami sebagai pencari nafkah” terdengar sedikit rohani memang, tapi dilihat dalam holy bible formula seperti ini tidak ditemukan apalagi ditawarkan ke kaum hawa. Satu hal penting yang berlaku bagi pria ataupun wanita, ketika diperhadapkan pada suatu keputusan yang mengharuskan memilih antara karier dan keluarga, pilihannya adalah keluarga. Memang memenuhi kebutuhan dasar keluarga merupakan suatu kewajiban yang perlu di upayakan, namun diatas kebutuhan dasar ini tentu keluarga yang perlu di utamakan.


Selain sebagai seorang isteri dari satu suami, Yah hanya untuk satu suami selamanya sampai maut memisahkan… saya juga menjadi seorang ibu untuk anak kami tersayang Benaya Parulian Simanjuntak. Peran yang dijalani sehari-hari sebagai isteri juga seorang ibu yang secara kodrat akan melekat dalam diri setiap wanita yang  memiliki keluarga.   Selain dalam keluarga, kehidupan saya juga sehari – hari sebagai Working Mom yang mesti pandai untuk membagi waktu antara keluarga dan kantor. Working Mom yang bekerja dari Monday - Friday dengan jam kerja dari jam 8.00 pagi sampai jam 5.00 sore. Rasa dilema yang umumnya dirasakan oleh ibu bekerja saya juga merasakannya, sedih dan kepikiran dirasakan sewaktu meninggalkan Beben dirumah, dan juga ketergantungan sama orang lain yakni pengasuhnya. Walaupun seperti ini yang harus dihadapi tapi saya tetap bersemangat sambil bersyukur


Bersyukur karena selalu tidak pernah merasa terlewatkan akan setiap tahap perkembangan anak saya. Penglihatan pertamanya, senyum pertamanya, usaha tengkurapnya yang cukup seru, mengangkat kepala, guling-gulingan di tempat tidur, belajar duduk, merangkak dan tahapan perkembangan lainnya.
Bersyukur karena sejak lahir bahkan sampai sekarang, belum pernah sekalipun satu malam dimana ia harus tidur tanpa saya temani, walaupun memang ada saat ketika saya pulang kantor mendapati dia sudah tertidur pulas.


Bersyukur karena meski saya bekerja saya bisa memberikan ASI untuk anak saya, menenteng pompa dan cooler box yang berisi botol ASI saat ke kantor, pada jam-jam tertentu berusaha mencari ruangan yang agak sepi untuk mompa, bahkan bela – belain untuk mompa di fitting room di salah satu mal dekat dengan kantor. Semua dilakukan dengan semangat demi anak.

Bersyukur karena saat berada di RSIA / Rumah Sakit, saat jalan-jalan di mal atau berada di bandara pernah merasakan nursery room (ruang pojok ASI) bersama dengan anak saya


Bersyukur karena tiap pagi bisa bangun subuh dan langsung turun ke dapur, masak buat sarapan, makan siang serta makan sore untuk anak serta masih sempat menyiapkan buah untuk dikonsumsinya. Setelah itu bisa ke kamar dan mendapati anak saya yang terbiasa bangun pukul 05.30 mengajak dia berdoa, bermain sedikit di tempat tidur kemudian mengajaknnya menikmati suasana yang menyenangkan di luar rumah, menyiapakan sarapan, menyuapi anak saya 2 – 3 kali suapan, lalu meninggalkan dia bersama dengan pengasuhnya untuk melanjutkan sarapan sementara saya sendiri bersiap –siap ke kantor. Merasakan waktu yang terasa berjalan begitu cepat di pagi hari sambil kejar-kejaran agar semua kegiatan di rumah dapat terselesaikan sebelum meninggalkan, tapi semua ibu apapun statusnya pasti mengalami kesibukan di waktu pagi, apalagi kalo anak-anak sudah bersekolah.

Bisa bekerja di kantor dimana atasan saya bisa mengerti keberadaan saya sebagai seorang ibu, yang tidak pernah menghalang-halangi ketika saya perlu untuk izin mendadak perihal keperluan anak atau keluarga. Tidak pernah menghalang-halangi saya untuk pulang kerja on time banget karena harus mengejar kereta, secara transportasi saya pulang pergi tiap hari hanya kereta.

Di kantor saya berusaha untuk menarik diri dari pekerjaan yang bisa membuat saya lembur hingga pulang sampai larut malam ataupun yang membuat saya harus dinas ke sana sini, walaupun pernah di meeting saya sempat disorot oleh Head of Business, karena sering pulang on time, tapi semua karyawan juga tahu persis sifat dan karakternya seperti apa, jadi tidak semua pernyataannya di ambil hati
Saya wanita yang bekerja di luar rumah, tapi tetap berusaha untuk menyelesaikan tugas sebagai isteri atau ibu, Puji Tuhan sejauh ini masih bisa saya lakukan.

Saya sadar betul bahwa untuk saat ini belum bisa menjadi seorang Working @ home Mom sesuai dengan pilihan saya di atas. Saya berdoa pada Tuhan kalau boleh saya diberi kesempatan mendapat pekerjaan baru yang jarak kantornya tidak jauh dari rumah, sehinga saya bisa optimal mengurus keluarga. Bisa mengantar anak ke sekolah, menemaninya masuk kelas sebelum meninggalkannya belajar. Bisa lebih cepat berada di rumah untuk menyiapakan makan malam, bermain dan menemani anak belajar.
Tuhan pasti tau betul dan mengerti apa yang menjadi kebutuhan saya, sehingga Dia akan menjawab doa yang saya panjatkan kepadaNya.
Saat ini saya masih menikmati dunia saya, bisa berpenghasilan sendiri dan tetap berusaha untuk mengurus keluarga, tetap dekat dengan anak, tetap menjadi orang yang dicari dan diandalkan ketika ia terjatuh atau sakit atau sedih

Saya masih ingin bekerja karena belum ada kondisi yang mengharuskan saya untuk memilih berhenti kerja dan Saya yakin Tuhan mengerti apa yang saya butuhkan sekarang ini bahkan nanti.
Saya rasakan bahwa menjadi seorang ibu bukanlah sebuah pekerjaan yang bisa ada full time atau part time, baik saat jauh atau dekat dengan anak kita, kita tetap ibunya. Terlepas saat kita sedang ada atau tidak bersamanya, yah kita tetap ibunya. Mau anak kita dimandiin pengasuh atau siapapun kita tetap ibunya, siapa yang ngerawat, siapa yang menyuapin siapa yang nina bobokan, siapa yang mengantar jalan-jalan, siapa yang ini, siapa yang itu, kita tetap ibunya. Siapa saja yang melakukannya tidak lantas membuat status kita menjadi ibu menjadi hilang, ibu tetaplah ibu bagaimanapun situasi dan kondisinya.

0 komentar:

Posting Komentar